Siapa yang
dengan sukaria mau merawat bayi baru lahir dan tanpa induk? Mungkin tak akan
ada yang angkat tangan kalau di sebuah forum diajukan pertanyaan tersebut. Atau
kalau di medsos, paling hanya akan berbagi komen ‘up’ dan berharap ada
orang lain bisa melakukan. Kenapa? Karena merawat bayi kucing tanpa induk itu
berat, Ferguso!
Delilah, ditemukan di usia 2 harian |
Bintang, ditemukan di usia sektar 3 minggu |
Sayangnya,
fakta bayi kucing tanpa induk ini bisa dengan mudah kita jumpai di
sekitar kita.
b. Induk yang menolak menyusui lalu meninggalkan
anak-anaknya. Mungkin dia hamil di usia yang terlalu muda. Atau ya memang dia
tak suka punya anak. Ingat, kucing kawin hanya mengikuti naluri. Jadi buat yang
anti steril, catat ya, kucing juga sangat mungkin ogah mengurus anak. Karena
naluri tak selalu diikuti rasa bertanggungjawab atau tuntutan perasaan keibuan.
c.
Hal lain yang banyak kita temukan adalah keterlibatan
manusia. Persisnya kedunguan manusia yang memisahkan bayi-bayi kucing dari
induknya. Nah kalau fakta ini ada di depan mata kita, apa kita bisa tutup mata?
Jawabnya sudah pasti tidak. Kita akan berusaha semampunya untuk merawat.
Kalau kita cari kata kunci di mesin pencari,
banyak kita temukan tips terkait mengurus bayi kucing tanpa induk. Tapi di sini
aku mencoba berbagi dari pengalaman sendiri, yang tentunya juga berangkat dari
aneka masukan dan saran dari kawan permeongan dan dari vet.
Kalau bicara soal pengalaman, sebetulnya
pengalamanku pun tak banyak. Jadi, mari sama-sama belajar saja. Mengalami sih
memang beberapa kali, tapi banyak yang gagal.
·
Paling pertama, sejauh yang kuingat adalah tiga bayi kucing yang
dibuang orang di pinggir sungai. Terbayang kan betapa miskin hati orang yang
melakukan itu. Dia bermaksud membiarkan para bayi itu mati, tapi tak punya keberanian
buat membunuh langsung. Misalnya melempar ke sungai. Mungkin dianggapnya
berdosa membunuh bayi kucing. Tapi apa bedanya membuang ke pinggir sungai? Dia
hanya akan membiarkan bayi-bayi itu mati pelan-pelan. Saat itu belum banyak
berteman dengan kalangan perkucingan. Sungguh tak tahu harus menyuapinya dengan
susu apa menggunakan apa. Tak ingat, dulu menyuapinya dengan susu apa..tapi aku
ingat menyuapi bayi-bayi tak berdaya itu dengan kapas. Tiga ekor. Sedangkan jam
kerjaku saat itu masih full. Begitulah, satu per satu mereka tak bertahan.
·
Kali lain (yang kuingat), empat bayi dalam kardus yang disertai
dengan surat. Menitip bayi untuk dirawat. Sopan? Nope! Pagi yang diwarnai
dengan amukan. Halooooo..bayi merem ini perlu induk, jangan pisahkan! Pagi aku
mencoba menyuapi susu seadanya. Sudah terhubung dengan bapak kucing yang akan
memberikan dot susu. Aku hanya perlu mengambilnya. Ke Ujung Berung! Bayangkan
jauhnya. Pulang kerja sekitar jam 8 malam aku memenuhi janji ambil botol susu.
Begitu sampai rumah, tahukah apa yang terjadi? Pemandangan yang bikin syok:
bayi-bayi tercabik, terluka parah, mati. Seekor masih kutemukan bernafas, tapi
segera menyusul tiga saudaranya. Mereka diserang kucing garong. Saat itu area
belakang rumah memang sering disambangi kucing liar.
Pendek kata mengurusi bayi kucing ini banyak
mendatangkan kegeraman. Bukan pada bayi-bayinya tentu saja. Tapi lebih pada
manusia yang telah tega memisahkan bayi-bayi itu dari induknya.
Cerita di atas adalah tentang bayi-bayi yang
masih merem, belum membuka mata. Pada kasus bayi di atas 3 minggu, relatif
lebih bisa banyak berharap. Bukan lebih mudah ya..hanya kita bisa berharap
lebih banyak. Dengan catatan, si bayi belum terlalu lama terpisah dari
induknya. Kurasa dua hari saja dia terpisah dari induknya, kondisinya bakal
buruk. Di luar kita tak tahu apa yang terjadi. Kedinginan, keanginan,
kehujanan, serangan kucing yang lebih besar atau hewan lainnya.
Beberapa kali sempat merawat kucing yang
ditinggal induknya di usia cukup besar. Masih di bawah sebulan tapi sudah cukup
mandiri. Namun tetap, tanpa induk akan cukup berat merawatnya terlebih jika
kita tak bisa memberi mereka perhatian ekstra. Waktu yang leluasa dan pemberian
makanan bergizi serta vitamin dan suplemen penunjang. Sayangnya aku juga tak
pada semua masa itu mampu melakukannya. Lalu bayi-bayi itupun menghuni halaman
depan dan belakang rumah. Menjadi rabuk bagi bumi. Rest in peace,
bayi-bayi meong.. Bintang adalah salah satu yang berhasil kurawat sampai besar.
Dari bayi umur belum sebulan. Bersyukur dia bayi yang pintar dan cepat belajar.
Badannya pun langsung bisa menyesuaikan dengan aktivitas ibunya di luar rumah.
Semoga anak ganteng ini menemani ibu sampai tua.
Dari sekian pengalaman, baik yang berhasil
maupun gagal, berikut coba kubikin langkah-langkahnya sekadar referensi.
Pertolongan Pertama. Segera setelah mendapatkan bayi kucing
tanpa induk, tempatkan di ruang yang hangat. Bisa dalam kandang kecil, dengan
memberikan lampu hangat. Kalau adanya kardus, tak jadi soal. Yang penting terhalangi
dari udara luar. Letakkan kain-kain untuk menambah kehangatan. Yang belum punya
lampu, bisa menyimpan botol berisi air panas yang diganti secara berkala. Tapi
sebisa mungkin diusahakan menggunakan lampu, terutama untuk bayi-bayi di bawah
3 minggu. Di atas 3 minggu badan mereka mulai beradaptasi dan bisa berada di
suhu kamar.
Beberapa hari di rumah, ada yang berbaik hati kirim kamar cantik buat Ila 😍 |
Badannya kotor sekali! Eits, jangan terburu memandikan. Badan
mereka masih lemah. Tapi jika sangat kotor, karena banyak kasus anak-anak
kucing yang ditemukan sudah dipenuhi larva lalat. Mau tak mau harus
dibersihkan. Gunakan waslap atau handuk dengan air hangat, bersihkan dengan
lembut. Sekalian memastikan apakah ada luka di tubuh mungil mereka. Jika
mendapati luka atau tampak tak sehat, sebisa mungkin, usahakan bawa ke dokter.
Mereka ini kok berisik ya?! Ya iyalaaaaah..namanya juga bayi. Mereka
hanya tahu makan-menyusu ke induknya, hangat dipeluk induknya. Begitu
kehilangan mereka akan menangis. Mencari dan minta dipenuhi kelaparannya. Diperlukan
kesabaran ekstra pula dalam hal ini.
Menyusui bayi kucing. Nah, mari sekarang kita siapkan susu. Pakai
alat apakah? Ada banyak dot kucing yang bisa ditemukan di petshop. Pernah pakai
beberapa macam dan sempat jual juga di lapak Rumah Ronin. Tapi sejauh ini masih
gagal. Pada tak mau. Entah ada metode yang salah, atau memang kucingnya saja
tak suka. Jadi tetap boleh dicoba. Terakhir aku memilih menggunakan
syringe/spuit/suntikan (tanpa jarum) dengan ujung dilengkapi potongan penting
ban sepeda, sebagai pengganti puting susu induk kucing.
Berapa kali kucing minum susu? Idealnya 2-3
jam sekali. Dalam pengalamanku, karena tak mampu melakukan hitungan itu
sepanjang hari, maka menggunakan waktunya adalah malam hari alias begadang. Ya,
di malam hari kuusahakan untuk menyusui bayi kucing 2 jam sekali. Karena pada
siangnya aku meninggalkan rumah 6 hingga 10 jam. Jika memungkinkan bisa
melakukan pemberian susu 2-3 jam sekali lebih baik.
Bagaimana cara memberikan susu? Membuat adukan susu tak perlu terlalu
banyak, maksimal untuk 2x penggunaan biar tak basi. Lebih bagus sih untuk
sekali minum. Kadang kalau malam terlalu berat mata, jadi aku membuatnya untuk
2x minum. Tingkat kekentalan dikira-kira saja, tak terlalu kental, tak pula
terlalu encer. Bagaimana dengan volume? Ada panduan yang menyebutkan anak
kucing butuh 8ml/ons berat badan. Bisa sambil dikira-kira saja, untuk tak
terlalu kurang atau sebaliknya berlebih dari jumlah tersebut. Terlalu banyak
asupan juga dapat membuat bayi diare.
Pemberian susu usahakan bayi kucing dalam
posisi duduk atau setengah tengkurap, agar bayi tak tersedak. Selain itu,
mereka butuh memijat. Jadi letakkan kain yang agak kasar atau bertekstur mengalasi
tangan atau kaki depan kucing. Biarkan sambil ngedot, mereka memijit-mijit
mesra kain-kain itu. Sterilkan alat minum (botol/syringe) secara berkala.
Usia dan berat badan kucing menentukan jumlah
asupan makanan. Saat mulai belajar makan lebih padat, maka frekuensi susu
dikurangi. Volume dapat ditambahkan.
Poop-pee. Bayi kucing biasanya dibantu induknya untuk
pup atau pee. Kalau induknya tak ada, artinya manusia yang kudu ambil peran.
Caranya bagainya? Ambil tisu atau kain yang lembut, basahi dengan air hangat
lalu tepuk-tepuk ke alat kelamin untuk pee dan ke anus untuk poop.
Ada bayi-bayi yang cukup pintar atau responsif, tapi banyak juga yang butuh
waktu lama. Sabar yaaaa.. 😊
Oiya, kadang muncul gelembung gas pada mulut
dan perut bayi kucing. Bisa bantu mereka mengeluarkan gas dengan menggendong
mereka di bahu, lalu menepuk bagian punggung mereka perlahan.
Obat cacing. Bayi-bayi tanpa induk, apalagi temuan dari
lokasi antah berantah, rentan cacingan. Biasanya umur di atas 3 minggu,
langsung kukasih obat cacing. Bisa pakai Combantrin anak, dengan takaran
1ml/1kgberat badan untuk Combantrin rasa jeruk, dan Combantrin rasa vanila
0.5ml/1kg berat badan. Maka perlu untuk menimbang bayi kucing secara rutin.
Bagaimana dengan kutu? Nah, ini agak susah. Karena obat kutu akan
terlalu keras buat bayi kucing. Bisa konsultasikan dengan dokter. Pada bayi
kucing temuan, selain kotor, biasanya juga dipenuhi kutu. Aku lebih memilih
untuk membersihkannya manual. Mengelap dengan handuk hangat, dan ketika sudah
cukup sehat dan besar, memandikannya secara berkala. Karena kutu sangat
mempengaruhi tumbuh kembang bayi kucing.
Mengelap bayi kucing, selain untuk
membersihkan juga menjadi semacam stimulus. Mereka akan mencontoh, belajar
membersihkan diri sendiri.
Kapan bayi kucing bisa dikasih
makan? Idealnya sih 4 minggu bayi
kucing diperkenalkan makanan padat. Pada kasus Bintang, aku langsung
mengenalkannya pada makanan basah. Dengan mengencerkannya, tak terlalu padat.
Untuk kasus Laila, aku malah mulai memberikannya sebelum 3 minggu. Saat dia
mulai berdiri tegak dan cukup lancar jalan. Makanan encer dengan cara dispet,
menggunakan syringe berpentil seperti saat memberinya susu. Kadang mengencerkan
makanannya dengan susu.
Perubahan makanan sangat mungkin membuat
mereka diare. Maka selalu perhatikan saat mereka poop. Dan perlu untuk
selalu menyediakan lacto b. Ini produk paling aman untuk diberikan pada
bayi kucing saat mereka diare. Aku menggunakan seperdelapan sachet lacto b sekali
minum, saat mereka diare.
Oiya, sejak awal Laila dikenalkan dengan minyak banleng untuk menghangatkan badannya. Jangan pakai sembarang minyak ya, kucing tak tahan terlalu panas dan tak toleran minyak kayu putih.
Setelah berkenalan dengan makanan padat, Laila juga mulai dicekok saripati gabus untuk pendukung imunitasnya. Banleng dan saripati gabus bisa belanja di lapak RumahRonin.
Mengenalkan litter box. Saat mereka mulai dikasih makanan, sekalian
perkenalkan dengan litter box. Pada Laila aku mengenalkan dari usia 2 minggu.
Bukan litter box, tapi piring plastik yang ditumpuki potongan koran. Untunglah
Laila terhitung pintar. Dia sudah tahu di mana tempat poop-pee. Saat
tempat tinggalnya dipindah di kandang, dilengkapi dengan litter box, Laila pun
langsung bisa menggunakannya.. (lihat di foto kamar barunya Ila).
Cinta dan perhatian. Ketulusan perasaan kita pada mereka akan
sangat membantu pertumbuhan bayi-bayi kucing telantar. Saat kena imbas
kucing buangan, bisa jadi kita akan marah, kesal, lelah..campur aduk. Tak mudah
memang, tapi upaya diri untuk lebih ikhlas menjalani merawat mereka, akan
sangat baik dampaknya buat bayi-bayi tanpa induk tersebut. Selain makan-minum,
menjari poop-pee, pastikan juga mengajak ngobrol, membelai, dan
ungkapan-ungkapan yang menghangatkan.
Beberapa patokan perkembangan
kucing
1.
Kucing baru lahir memiliki berat badan 2-4 ons. Usia seminggu,
berat badannya akan naik hingga dua kali lipat.
2.
Bayi kucing membuka mata pada umur 8 hari. Mata berwarna biru hingga
umur 2 minggu. Setelahnya warna mata akan berubah-ubah, hingga sekitar umur 3
bulan baru muncul warna permanen.
3.
Kuping bayi kucing akan mulai tegak usia 2 minggu. Memasuki 3
minggu bayi kucing akan belajar berjalan.
Umur 4 minggu dia akan mulai nakal #eh mulai bermain dengan kucing lain atau
menggigiti aneka barang di sekitar.
Sekali lagi,
tak mudah memelihara bayi kucing. Tapi jika kita kebagian peran itu, mari
usahakan. Melakukan yang terbaik dan berharap semesta merestui agar si bayi
bertahan dan panjang umur.
Selamat
menjadi pengasuh bayi kucing 😊
Mba ini orang yang baik hati dan sabar ya.
ReplyDeleteSaya sndr bukan penyuka kucing, terlebih lakgi ibu saya takut sama kucing, semakin kecil kucingnya semakin takut beliau.
Jadi keluarga kami bukan penggemar kucing.
gapapa, mbak.. asal menyadari kalau mereka juga makhluk hidup yang juga punya hak di atas muka bumi. banyak manusia yg menjahati kucing karena dianggap mengganggu.
DeleteMba Dhenok, membaca tulisan mba Sy jadi teringat almarhum ayah yang sangat telaten mengurus kucing dan beberapa hewan. Memandikan, meminumkan susu, memberikan obat, meramu makanan dan mengajak mereka bermain beberapa kali dalam sehari. Tapi sejujurnya, karena masa kecil saya sdh terlampau sering dilibatkan ikut mengurusi hewan-hewan ini saya malah jadinya kurang berminat rendezvous kembali pada aktivitas ini. Entahlah, apa mungkin dulunya saya kurang excited juga menjalani aktivitas itu, sehingga semua yang diminta ayah serasa hanya menjalankan tugas saja.
ReplyDeletesemoga anak2nya kelak kembali jadi penyayang kucing. amin hehehe
DeleteJadi ingat pengalamanku saat ada bayi kucing di atap rumah dan aku terpaksa mengeluarkannya karena tak pernah pelihara dan belum ada niat untuk melihara. Untungnya ada tetangga yang rajin beri dia susu
ReplyDeleteah syukurlaaah.. ^_^
DeleteSalut saya dengan cat lover ini. Kayak adik saya yang bungsu juga gitu, kucing jalanan aja dibawa pulang, diurusin, kl hilang dia rungsing deh. Lanjutken, Mbak,, yg kamu lakukan itu keren.
ReplyDeleteoyaaa... salam buat adiknya ya. salam meoooong :)
DeleteImut kali kucing nya mba Dhenok. Aku udah pernah juga merawat bayi kucing yang emaknya lagi post partum syndrome. Lumayan berat kak, sampe mau aku kasih ke adopter, akhirnya gak jadi dikasih karena hari ke 3 kucing nya udah minta anak. Sayangnya si anak gak bertahan lama karena induk kucing belum berpengalaman.
ReplyDeleteiya, mbak. kl bayi kucing, ada atau engga emaknya, rentan banget.
DeleteMbak ku salut padamu..anak-anakku seneng kucing tapi ki belom punya nyali untuk adopsi atau merawat di rumah. Mereka berdua pengidap asma jadi rentan kambuh jika kena bulunya.
ReplyDeleteSelalu suka lihat bayi kucing yang lucu dan bener tega amat yang membuangnya yaa
gapapa,mbak.. kalau belum bisa berkomitmen memang jangan maksain. lebih baik berbagi makanan aja buat kucing2 liar. baik juga buat anak2 belajar berbagi buat makhluk lain ^_^
DeleteSaya baru tahu ini, Mbak Dhenok. ternyata ada juga induk kucing yang meninggalkan anaknya, karena tidak mau mengurusi ya, Mbak. Juga disebabkan karena hamil muda, atau terpaksa hamil.
ReplyDeleteDan ulasan Mbak ini sangat bermanfaat sekali. Jadi kalau pas menemukan bayi kucing, saya sudah paham. Selama ini, paling yang mampir ke rumah anak-anak kucing.
semoga jangan sampai nemu, mas. sutres haha.. tp mmg masih ada sih manusia yg jahat, misahin bayi2 dari induknya.
ReplyDeleteAku gak suka kucing, maksudnya takut sama hhewan-hewan sekalipun kucing itu lucu,
ReplyDeleteKarena dari dulu gak ada keluarga yg suka, gak pernah pelihara gituu, tapi setiap ada kucing yang mampir ke rumah bakal aku kasih makan, bukan makanan kucing sih tapi lebih kepada ikan atau lauk yang ada di rumah, berasa kesian ajaaa gituu
Bacanya jadi terharu karena sial bayi kucing menang merupakan masalah sosial yang kerap terjadi, anak kucing dibuang selalu ada di mana-mana. Padahal bagi yang peduli itu hal yang tidak manusiawi.
ReplyDeleteSemoga Allah membalas kebaikanmu kepada sesama makhluk-Nya.
Jujur, saya malah tidak pernah kepikirin tentang bayi kucing. Tapi baca ini, ternyata banyak juga yah diluar sana yang tega secara langsung maupun tidak langsung untuk berproses membunuh bayi kucing. Jadi banyak belajar tentang bayi kucing di artikel ini. Keren
ReplyDeleteBelum pernah piara kucing, tapi makasih info Merawat Bayi Kucing Tanpa Induk
ReplyDeleteaduh informasinya bermanfaat sekali,semoga mbak dhenok diberkahi rezki dan kesehatan sehingga terus bisa berbagi dengan mahluk Tuhan yang lucu itu
ReplyDeleteYa Allah Mbak... sabar dan telaten bangeeeet....
ReplyDeleteSaya bacanya sudah pusing duluan karena banyak step-nya. Tapi dibaca juga karena penasaran. wkwkwk
Semoga kebaikanmu membawa berkah ya Mbak.
Luar biasa.
Benar-benar luar biasa.
Salut buat yang berani ambil anak kucing terus dirawat dengan baik. Saya pelihara kucing juga sampai dia beranak pinak. Anakku juga suka sama kucing. Tfs ya mbak...
ReplyDeletepasti susah banget ngerawatnya ang dari kecil, tapi kalau udah gede bisa sangat jinak. Pengalaman adeku yang ngerawat kucing dari kecil
ReplyDeleteKalau sudah suka sama kucing, pasti merawat dari dia masih cilik pun no problem.
ReplyDeleteDi rumah aku sering banget ada anak kucing yang lahir entah induknya kemana. Cuma aku belum pernah merawatnya sampai besar 😕
Salut Aku... Mb telaten sekali..sampe bikin box yg Imut Dan nyiapin mknn yg bergizi.
ReplyDeleteKasian juga ya anak kucingnya tanpa induk, kita manusia aja tanpa induk pasti gak tau apa jadinya. Hiks :(
ReplyDeleteTernyata merawat bayi kucing tanpa induk itu penuh perjuangan. Saya blm pernah sih